Sistem Birokrasi Rusak Picu Korupsi di Daerah



Tuhan, Malaikat dan Wartawan

SEMUA orang mempunyai pengetahuan tentang hidup.Tapi yang paling tahu hanya tiga, yakni Tuhan, malaikat dan wartawan. Tuhan dan malaikat, mau apa saja biarkan.Tapi
para wartawan, sesekali bolehlah kita perbincangkan. Supaya imbang. Jangan mereka
saja yang tiap hari mempergunjingkan dan menggosipkan orang.

Tetapi perbincangan kita tentang wartawan akan saya bikin sedemikian rupa sehingga timbul kesan bahwa wartawan itu baik, jujur dan pekerja keras. Soalnya Saya sendiri seorang wartawan. Kalau ditengah perbincangan nanti ada perkembangan yang bisa merugikan wartawan, tentu akan saya coba belokkan, atau bahkan saya stop sama sekali. Hanya orang tolol yang memamerkan boroknya sendiri. Hanya manusia dungu yang membuka-buka auratnya di depan orang lain.
Tuhan mengetahui apa saja, malaikat mencatat segala peristiwa, dan wartawan bukan
hanya sekedar tahu ada peristiwa pengguntingan pita. Wartawan bukan hanya sekedar mengerti teknik wawancara yang terencana. Lebih dari itu, wartawan tahu persis jumlah korupsi seorang pejabat.Wartawan tahu tanah yang dikosongkan penduduk itu akan dikapling untuk proyek apa.Wartawan tahu berapa korban yang sebenarnya dalam sebuah letusan peristiwa.Wartawan tahu skneario-skenario apa saja yang disembunyikan dari mata masyarakat.Wartawan tahu berapa lama lagi akan terjadi devaluasi atau kapan persisnya seorang raja akan turun takhta.Dan yang terpenting dari semua itu, wartawan tahu secara mendetail setiap pori tubuh bintang-bintang film tertentu-saya ulangi, bintang-bintang film tertentu-dalam keadaan sangat jujur dan penuh keterbukaan. Foto-foto tubuh yang inocent, tanpa tedeng aling-aling. Baik yang diambil di lokasi alam, di ranjang kamar, diatas wastafel, atau sedang bercengkerama dengan kuda.
Saya buka rahasia yang sebenarnya bukan rahasia ini dengan maksud agar para bintang film lain yang serius berpikir untuk membersihkan citra korps bintang film dari ideologi buka aurat yang makin merajalela. Kalau kelak tak ada lagi wanita yang bersedia difoto dengan pose penuh kejujuran tubuh, terus terang mata pencarian
saya akan jauh berkurang.Tidak apa-apa.Demi masyarakat kita yang beradab, saya rela berkorban. Jer basuki mawabea.Toh saya sudah punya banyak koleksi foto-foto jujur.
Dan lagi aslinya saya bukanlah wartawan porno.
Saya ini wartawan politik. Dulunya, waktu belajar, saya ini wartawan kesenian.Itu paling gampang.Kemudian saya beralih menjadi wartawan bidang kriminal dan hukum.Ada tahun-tahun saya mengkhususkan diri sebagai wartawan KB dan kelompencapir,
namun kemudian saya memilih jadi wartawan politik saja.
Kenapa? Karena dunia politik selalu amat penuh kesopanan dan tata krama. Sangat menyenangkan. Sopa, artinya politik selalu berpakaian rapih, pakai parfum, dan
segala macam kosmetik. Kalau mulut bau karena jarang sikatan bisa pakai alat tertentu sehingga mulut jadi harum. Kalau tubuh berpanu atau berkadas, bisa dilulur sedemikian rupa sehingga kulit menjadi semulus kulit Meryl Streep atau Ida
Iasha. Pokoknya segala cacat bisa ditutupi. Bau mulut politik, bibir politik, telah ditampilkan dengan berbagai macam parfum dan kosmetika politik sehingga lebih indah dari warna aslinya.
Kalau pada suatu hari ada bisul yang meletus, wartawan akan diberi tugas-lewat telepon-untuk menutupi bisul itu dengan block tinta hitam.Kalau tidak, saya akan
kehilangan eksistensi sebagai wartawan, dan sekian ribu karyawan perusahaan kami juga kehilangan kekaryawanannya. Dan anehnya, kalau kita kehilangan pekerjaan, asap dapu kita jadi terancam.Mbok ya ya kalau tidak kerja itu tetap punya duit gitu loch.Ternyata saya ini pada hakikatnya memang kurang sanggup menghargai kesopanan.Oleh semua itu saya tidak kerasan. Saya ingin menjelalajahi dunia yang penuh dengan kejujuran, keterbukaan tanpa tabir, tanpa tedeng aling-aling. Dan itu saya jumpai dalam dunia glamor sebagai artis-artis. Sebagian lho…sebagaian. Dunia dimana kain menjadi sangat mahal, sehingga ada bintang yang hanya mampu membeli celana dalam
dan bra atau bahkan ada yang tidak bisa membeli apa-apa sama sekali.
Memang di negeri yang ber-KeTuhanan Yang Maha Esa ini kita tak mungkin menerbitkan majalah macam Penthouse atau Playboy. Tapi dalang tak pernah kekurangan lakon. Kita tahu bagaimana mem-playboy- kan media massa dengan cara yang lebih canggih. Cover tak usah telanjang betul, asal merangsang, langsung kita bikin judul yang mlayboy: Bukan panjang pendeknya tapi teknik mainnya. ” Ternyata, masyarakat umum juga amat mendambakan keterbukaan. Masyarakat benci kemunafikan. Maka media massa yang penuh rahasia-rahasia, laku keras. Ditambah dengan maki bodohnya masyarakat modern, buku dan majalah pun harus mengajari mereka bagaimana cara bersenggama yang baik, bagaimana caranya supaya tidak kecelakaan, bagaimana
melakukan penyelewengan secara canggih dan terjaga efek-efeknya, atau memberi keyakinan kepada pemuda-pemudi bahwa keperawanan bukanlah sesuatu yang mutlak.Dalam
hal ini saya telah mewawancarai sejumlah dokter, psikiater, pedagog, pastor dan Kiai.Orang bahkan penasaran terhadap suatu teori yang menyarankan agar lelaki jangan tergantun pada orgasme. Seorang pakar memberi contoh ada seorang nabi yang sanggup melakukan dua belas kali persenggamaan secara runtut tanpa mengalami orgasme.
Teori ini mengatakan bahwa lelaki harus menang melawan kebutuhan orgasme.lelaki bisa lebih besar dibandingkan dengan orgasme.
Akan tetapi di hari-hari terakhir ini saya di bikin pusing oleh sesuatu hal. liputan-liputan gaya play boy melayu sudah hampir mencapai titik jenuh pasar.Maka pemimpin redaksi saya memberi instruksi agar saya melakukan wawancara langsung dengan mahluk yang bernama seks.Ya, seks itu sendiri.Bukan seorang lelaki bukan seorang wanita.
Kalau mewawancarai presiden atau gubernur, jelas birokrasinya. tapi mewawancarai
seks? Dimana gerangan seks berada? Sudah tiga bulan terus menerus saya melacaknya. Saya sudah capek, sehingga tinggal sisa tenaga sedikit saja untuk melaporkan kepada Anda. Seks itu mahluk ciptaan Tuhan. Sudah pasti.tapi apakah untuk mengetahui seks, saya mesti mempelajari filsafat seks atau seks filosofi? Saya tidak mau dibikin puyeng oleh agama seks atau seks yang religius.Tapi kata para wali dulu, seks
itu memang religius, karena merupakan sendi utama regenerasi sejarah, merupakan
manifestasi dari kerinduan Tuhan itu sendiri.Tuhan menciptakan manusia agar
dipandang, didekati dan dicintai oleh manusia ciptaan-Nya. Seks yang tidak religius hanya terjadi pada manusia yang melakukan seks hanya demi dan untuk kepuasan hewaninya belaka.
Itu betul semua. Tapi mana ada koran bisa laku kalau isinya filsafat dan agama? tidak. Saya tak bakalan mewawancarai seorang filsuf atau pakar agama.Saya, dalam rangka melacak seks, langsung saja berangkat ke lokasi pelacuran. Bursa seks.
Namun, ketika saya tanya tentang seks, pelacur itu menjawab, Wah, saya tidak tahu Mas. Disini saya mencari makan. “Dan para lelaki hidung belang itupun menjawab secara kurang memuaskan.”saya memang mencarinya terus dengan jalan bersenggama disini hampir tiap hari.Tapi yang saya jumpai hanya orgasme. Hanya ekstase.Kalau saya ketemu sama seks, untuk apa saya terus-terusan ke pelacur begini??
Kemudian di losmen-losmen penyelewengan alias wisma skandal, dimana mahasiswa-mahasiswi atau pegawai pria dan wanita berseragam suka menyewa kamar satu dua
jam, saya juga memperoleh jawaban yang mengecewakan, “Gini loh, Mas.Kalau Saya sedang sendiri, saya begitu tergoda oleh seks.Tapi kalau sudah berdua di kamar, paling jauh yang saya jumpai adalah diri kami kami sendiri yang berubah
menjelma menjadi kuda atau kera yang bergumul telanjang. Selebihnya, rasa dosa yang kami simpan diam-diam.
Akhirnya, saya pulang dengan putus asa. Saya katakan kepada pemred saya, “Pak, jawaban mereka sangat lucu. Mereka bersenggama, tapi mengaku tak tahu seks.Lha
apa beda antara bersenggama dengan seks?” “Lho sangat berbeda,” kata pemred
saya,”Persenggamaan
itu sekedar alat, atau cara, atau tarekat, untuk mencari
dan menemukan seks.Seks itu suci. Seks itu tinggi derajatnya.Dan derajat kesucian seks tidak mungkin kamu jumpai di kopel-kopel pelacuran, di losmen penyelewengan
atau wisma skandal, juga tidak di kamar-kamar kost kumpul kebo.”
“Ruwet,Pak! kata saya “Karena kamu sukanya bersenggama, tapi salah
paham terhadaps seks. Kamu menyamakan persenggamaan dengan seks seperti menyamakan sembahyang dengan Tuhan, atau perkawinan dengan kebahagian, atau nasi dengan rasa
kenyang. Kalau kamu sudah tiba di kebahagiaan, perkawinan tak dibutuhkan. Kalau
kamu sudah tinggal di Tuhan, kendaraan sembahyang tak diperlukan. Kalau kamu sudah bersemayam di dalam seks, persenggamaan tak dibutuhkan.
“Kalau begitu,” kata saya jengkel, “biarlah saya tak pernah tiba pada seks…!”

Cinta kepada harta artinya baqhil,
cinta kepada perempuan artinya alami,
cinta kepada diri artinya bijaksana,
cinta kepada mati artinya hidup
dan cinta kepada Tuhan artinya Taqwa.

Oleh: Emha Ainun Nadjib

Comments :

0 komentar to “Tuhan, Malaikat dan Wartawan”

Posting Komentar